admin@school-of-universe.com
0251 860 3233    
0856 8080 868
“Kita tidak sekadar membangun sekolah tetapi kita sedang membangun peradaban”
Pengembangan Akhlakul Karimah
Pengembangan Logika
Pengembangan sifat Kepemimpinan
Pengembangan Mental Bisnis

Berita Terkini

 
 

MARI BERGABUNG SEKARANG

bersama calon-calon pebisnis muda berakhak mulia

Kisah inspiratif ayah bunda

Inspirasi bisa datang dari mana dan kapan saja. Salah satu cerita yang dikisahkan dari salah satu dan salah dua orang tua siswa School of Universe ini mudah-mudahan dapat menginspirasi kita semua. Izin kopas dari facebook bundanya Wahyu di SD 6 dan bundanya Kayne juga di SD 6. 

Kisah pertama dari bundanya Wahyu berjudul : "Membayar Perjalanan dengan Thai Tea"

Backpacker sudah masuk ke dalam kurikulum wajib yang harus diikuti oleh seluruh siswa kelas enam SD School of Universe Parung. Melalui program ini, anak-anak dilatih untuk bisa merancang perjalanan yang akan mereka jalani secara mandiri. Mulai dari menentukan destinasi, menyusun acara, memilih dan memesan moda transportasi yang digunakan sampai dengan konsumsi dan biaya sepenuhnya menjadi tanggung jawab anak.

Jauh sebelum matahari terbit, saat udara masih terasa menusuk tulang dan kabut pun masih setia menyelimuti aku harus bergegas menuju Lapangan Sempur di Bogor yang selalu ramai dengan warga yang bermaksud menghabiskan hari Minggu pagi mereka. Ada yang berolahraga atau hanya sekedar duduk dan bermain bersama anak-anak.

“Jualannya sudah siap Mas?” tanyaku pelan sambil berjalan dari parkiran.

“Sudah Bu.” Jawab Rohman singkat.

“Mas segera berkeliling lapangan sambil menawarkan thai tea kepada setiap orang yang ditemui dengan sopan nanti ibu tunggu di sini.”

Dengan muka yang terlihat cemas, Rohman mulai berjalan pelan sambil membawa kotak yang berisi beberapa botol thai tea. Ada rasa tak tega membiarkan dia menahan malu menjajakan barang dagangan, namun ini adalah sebuah pembelajaran bahwa tak ada hasil tanpa sebuah proses.

“Ibu tidak bisa begitu dong!” sebuah suara ketus sekita membuyarkan anganku.

“Maaf, maksudnya apa ya Pak?” tanyaku heran, saat seorang bapak tua yang duduk tak jauh dari tempatku berujar.

“Sebagai seorang ibu, masak tega menyuruh anaknya berjualan sedangkan dirinya sendiri malah asik duduk saja!” tanpa mengurangi intonasi suaranya si bapak masih terdengar berang.

“Ini adalah program sekolah Pak, jika bisa memilih lebih baik saya istirahat di rumah karena saya tidak pernah bermaksud untuk memperkerjakan anak.”

Entah karena malu atau tak enak hati telah memvonis salah, tanpa permisi bapak tua tersebut langsung pergi begitu saja. Mataku nanar, mencoba menemukan sosok kecil Rohman diantara kerumunan orang yang tampak berlalu lalang. Matahari yang mulai tampak garang, tak sedikitpun menyurutkan semangat dan tekad Rohman untuk menjual sebanyak mungkin botol thai tea yang dibawanya.

Kejadian itu ternyata sudah tiga tahun yang lalu, namun terasa masih sangat segar dalam ingatan. Rohman bisa melalui satu fase dalam hidupnya dan backpacker ke Palembang kala itu juga berlangsung lancar. 

******

Saat ini aku pun harus siap menerima kenyataan bahwa adik mulai bersiap dengan pengumpulan dana untuk backpacker ke Dieng. Waktu terasa berlalu begitu cepat, rasanya baru kemarin aku menimangnya namun ternyata saat ini dia telah tumbuh menjadi pribadi yang cukup mandiri.

“Bu, waktu untuk pengumpulan dana backpacker hanya ada tiga bulan. Aku nanti bisa tidak ya untuk mengumpulkan sesuai target?” gumam Wahyu pelan.

“Kenapa harus takut, bukankah rezeki itu Allah yang mengatur dan kita hanya perlu berusaha sungguh-sungguh.”

“Adik mau jualan thai tea setiap hari ke sekolah, tapi siapa dong yang bantu membuatkan thai tea karena ibu dinas luar kota?”

Ada raut sedih yang jelas tergambar dari wajah polos Wahyu, perasaan bersalah pun seketika menyergap relung hati kecilku.

“Tidak usah khawatir Dik, nanti ayah yang akan bantu siapkan keperluan jualan kamu, nah sekarang kita bersiap mengantar ibu ke bandara ya.”

“Siap Ayah.” Jawab Wahyu dengan penuh semangat.

Ada sebuah perasaan yang begitu sulit diungkapkan dengan kata-kata, ketika setiap pulang sekolah Wahyu dengan penuh semangat bercerita siapa saja yang telah membeli thai tea yang dia jual sehingga dagangan yang dibawa setiap harinya selalu habis terjual. Binar di matanya menceritakan banyak hal, tentang harapan dan impiannya.

“Bu, nanti pas sudah mau berangkat ke Dieng boleh tidak aku membeli jaket baru?” tanya Wahyu dengan penuh harap.

“Boleh, itu artinya kamu harus berjualan lebih giat sehingga ada uang lebih untuk membeli jaket.” Jawabku singkat.

“Kok begitu?” ujar Wahyu penuh tanya.

“Karena jaket kamu yang lama masih cukup bagus, jadi kalau mau membeli jaket baru harus dengan tabungan sendiri.” Ujarku tegas saat mencoba memberikan sebuah pemahaman bahwa kita harus membeli sesuatu lebih kepada kebutuhan bukan keinginan.

Suasana ruang baca mendadak sepi, tak tampak lagi sosok Wahyu yang selalu merajuk saat punya suatu keinginan. Entah apa yang sedang dia pikirkan saat ini ketika tanpa disadari, dia terlihat mengangguk anggukkan kepala.

“Aku tidak jadi beli jaket Bu!” ujar Wahyu mantap.

“Kenapa memang Dik?” aku merasa takjub dengan jawaban yang tak pernah diduga sebelumnya.

“Karena jika uang backpacker masih tersisa, aku mau tabung untuk bisa pergi umroh dan mengunjungi Turki.” Jawab Wahyu pelan sambil berlalu untuk bersiap diri melaksanakan salat magrib berjamaah di musala komplek.

Tanpa terasa butiran bening menetes dari ujung mataku, anak yang masih duduk di bangku kelas enam SD itu telah tahu apa mimpi dan harapannya serta berusaha keras untuk mewujudkannya. Rasanya malu dengan diriku sendiri, saat seumuran dengannya, aku hanya mampu mengisi hari-hari dengan bermain.

Dia telah paham bagaimana menyusun skala prioritas dan mengerti konsekuensi saat bermimpi besar, maka harus rela berjuang lebih keras. Masya Allah, sungguh tiada daya dan upaya selain atas pertolongan-Nya, semoga Allah selalu menjaga dan membimbing setiap langkah anak-anakku dalam mentadzaburi setiap ciptaan-Nya.

_______________________________________

Berikut kisah dari bundanya Kayne, cukup singkat tapi tidak kalah inspiratif

setelah 5 tahun belajar direct sales, mulai kelas 6 ini kk Kayne belajar online sales

alhamdulillah belajar jadi agent AfraKids, jemput rizki Allah plus syiar Islam ke teman-teman semua, 

semoga berkah Allah untuk kita semua ya, aamiin..

dan selama kk Kayne sekolah, mama manager jadi adminnya yah

Insyaa Allah seluruh hasil penjualan menjadi SHM anak shalih kesayangan mama 

Ga boleh kan mengambil hak orang lain, walaupun hak seorang anak...

Karena Allah Maha Mengetahui apa yang tersirat didalam dada dan semua akan dipertanggung jawabkan kelak..

 

Demikian kisah inspiratif dari para bunda, semoga bermanfaat bagi kita semua. Ditunggu kisah-kisah lain dari ayah bunda sekalian yaa :)

Sumber : facebook 

Agenda Terkini

Berita Lengkap

Education for All